Archives

All posts for the day October 29th, 2010

Asal Usul Gajah Mada

Published October 29, 2010 by Kania Sekar Asih

Gajah Mada (1299-1364) Mahapatih Majapahit yang sangat terkenal dengan Sumpah Palapa-nya merupakan satu-satunya orang kuat pada jamannya di nusantara. Salah satu keruntuhan kerajaan Majapahit dikatakan karena tidak memiliki orang kuat yang lain yang cakap untuk menggantikan Gajah Mada. Panglima Perang yang ditunjuk menjadi Mahapatih kerajaan Majapahit menggantikan Arya Tadah pada masa pemerintahan Ratu Tribhuwana Wijayatunggadewi (1328-1350). Sebagai mahapatih dia berhasil menumpas pemberontakan di Sadeng dan Keta (1331) dan kemudian berikrar untuk mempersatukan Nusantara dengan sumpahnya yang dikenal sebagai Sumpah Palapa. Serat Pararaton memuat Sumpah Palapa yang diucapkan dihadapan Ratu Tribhuwana Wijayatunggadewi sebagai berikut:
Lamun huwus kalah nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring gurun, ring seram, tanjungpura, ring haru, pahang, dompo, ring bali, sunda, palembang, tumasik, samana isun amukti palapa

artinya:

Apabila sudah kalah Nusantara, saya akan beristirahat, apabila Gurun telah dikalahkan, begitupula Seram, Tanjungpura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, pada waktu itu saya akan menikmati istirahat

Sayang sekali asal-usul Mahapatih Gajah Mada yang sangat masyur ini belum jelas diketahui Orang,baik meyangkut Nama orang tuanya maupun tempat serta tahun kelahirannya.
Muhammad Yamin didalam bukunya yang berjudul Gajah Mada, Balai Pustaka, cetakan ke-6, 1960, hal. 13 mengungkapkan tokoh ini sebagai:
“Diantara sungai brantas yang mengalir dengan derasnya menuju kearah selatan dataran Malang dan dikaki pegunungan Kawi-Arjuna yang indah permai,maka disanalah nampaknya seorang-orang indonesia berdarah rakyat dilahirkan pada permulaan abad ke-14.

Ahli sejarah tidak dapat menyusur hari lahirnya dengan pasti: ibu bapak dan keluarganya tidak dapat perhatian kenang-kenangan riwayat: Begitu juga nama desa tempat dia dilahirk

an dilupakan saja oleh penulis keropak jaman dahulu asal usul gajah mada semua dilupakan dengan lalim oleh sejarah.

Jadi jelaslah menurut Muhammad Yamin, asal-usul Gajah Mada masih sangat gelap, walaupun ada dugaan bahwa gajah mada dilahirkan di aliran sungai Brantas yang mengalir keselatan diantara kaki gunung Kawi-Arjuna, diperkirakan sekitar tahun 1300 M.

Keinginan untuk mengetahui asal-usul Patih Gajah Mada sebagai negarawan besar pada jaman Kerajaan Majapahit, telah lama menarik perhatian ahli sejarah, salah satunya I Gusti Ngurah Ray Mirshaketika mengadakan Klasifikasi Dokumen Lama yang berbentuk lontar-lontar pada “perpustakaan Lontar Fakultas Sastra, Universitas Udayana” (sekitar tahun 1974).

Salah satu lontar yang menarik perhatian diantaranya adalah lontar yang berjudul “Babad Gajah Maddha”. Lontar tersebut memakai kode: Krop.7, Nomer 156, Terdiri dari 17 Lembar lontar berukuran 50×3,5 cm, ditulisi timbal balik, setiap halaman terdiri atas 4 baris, memakai huruf dan bahasa Bali-Tengahan.

Lontar tersebut adalah merupakan Salinan sedangkan yang asli belum dapat dijumpai.
Secara garis besar lontar babad Gajah Maddha tersebut berisikan:

  1. Asal Usul Gajah Mada.
  2. Gri Kresna Kapakisan dalam hubungannya dengan raja-raja Majapahit.
  3. Emphu keturunan pada waktu memerintah di Bali

Yang menjadi perhatian dari sekian lontar tersebut dan dapat dijadikan penelitian lebih lanjut adalah bagian yang menjelaskan tentang asal-usul/kelahiran sang Maha Patih Gajah Mada.


Ringkasan Isi Teks Lontar Babad Gajah Maddha

Tersebutlah Brahmana suami-istri di wilatikta, yang bernama Curadharmawysa dan Nariratih, keduanya disucikan (Diabhiseka menjadi pendeta) oleh Mpu Ragarunting di Lemah Surat.
Setelah disucikan lalu kedua suami istri tersebut diberi nama Mpu Curadharmayogi dan istrinya bernama Patni Nuriratih. Kedua pendet tersebut melakukan Bharata (disiplin) Kependetaan yaitu: Sewala-brahmacari artinya setelah menjadi pendeta suami istri tersebut tidak boleh berhubungan badan layaknya suami istri lagi.

Selanjutnya Mpu Curadharmayogi mengambil tempat

tinggal (asrama) di Gili Madri terletak di sebelah selatan Lemah Surat, Sedangkan Patni Nariratih bertempat tinggal di rumah asalnya di wilatikta, tetapi senantiasa pulang ke asrama suaminya di gili madri untuk membawa santapan,dan makanan berhubungan jarak kedua tempat tinggal mereka tidak begitu jauh.

Pada suatu hari Patni Nariratih mengantarkan santapan untuk suaminya ke asrama di Gili Madri, tetapi sayang pada saat hendak menyantap makanan tersebut air minum yang disediakan tersenggol dan tumpah (semua air yang telah dibawa tumpah),sehingga Mpu Curadharmayogi mencari air minum lebih dahulu yang letaknya agak jauh dari tempat itu arah ke barat.

Dalam keadaan Patni Nariratih seorang diri diceritakan timbulah keinginan dari Sang Hyang Brahma untuk bersenggama dengan Patni Nariratih . Sebagai tipu muslihat segerah Sang Hyang Brahma berganti rupa (berubah wujud, “masiluman” ) berwujud seperti Mpu Curadharmayogi sehingga patni Nariratih mengira itu adalah suaminya.

Segera Mpu Curadharmayogi palsu (Mayarupa) merayu Patni Nariratih untuk melakukan senggama. Tetapi , keinginan tersebut ditolak oleh Patni Nariratih. Oleh karena sebagai pe

ndeta sewala-brahmacari sudah jelas tidak boleh lagi mengadakan hubungan sex,oleh karena itu Mpu Curadharmayogi palsu tersebut memperkosa Patni Nariratih.

Setelah kejadian tersebut maka hilanglah Mpu Curadharmayogi palsu,dan datanglah Mpu Curadharmayogi yang asli (Jati). Patni Nariratih menceritakan peristiwa yang baru saja menimpa dirinya kepada suaminya dan akhirnya mereka berdua menyadari,bahwa akan terdjadi suatu peristiwa yang akan menimpa mereka kelak.

Kemudian ternyata dari kejadian yang menimpa Patni Nariratih akhirnya mengandung.
Menyadari hal yang demikian tersebut mereka berdua lalu mengambil keputusan untuk meninggalkan asrama itu,mengembara ke hutan-hutan ,jauh dari asramanya tidak menentu tujuannya,hingga kandungan patni Nariratih bertambah besar.

Pada waktu mau melahirkan mereka sudah berada didekat gunung Semeru dan dari sana mereka menuju kearah barat daya, lalu sampailah disebuah desa yang bernama desa Maddha. Pada waktu itu hari sudah menjelang malam dan Patni Nariratih sudah hendak melahirkan,lalu suaminya mengajak ke sebuah “Balai Agung” yang terletak pada kahyangan didesa Maddha tersebut.

Bayi yang telah dilahirkan di Bale Agung itu, segera ditinggalkan oleh mereka berdua menuju ke sebuah gunung. Bayi tersebut dipungut oleh seorang penguasa di Desa Maddha, lalu oleh seorang patih terkemuka di wilatikta di bawa ke wilatikta dan diberi nama “Maddha”

Nama Gajah kemungkinan besar nama gajah adalah nama kemungkinan nama tambahan atau nama julukan atau bisa juga nama Jabatan (Abhiseka) bagi sebutan orang Kuat, dengan

demikian Gajah Mada berarti Orang kuat yang berasal dari Maddha.

Pada Babad Gajah Maddha hal. 12a yang menyebutkan tentang kelahiran Gajah Mada, ada kalimat yang berbunyi “On Cri Caka warsa jiwa mrtta yogi swaha” kalimat ini adalah Candrasangkala yang bermaksud kemungkinan sebagai berikut:
On Cri Cakawarsa = Selamatlah Tahun Saka

Jiwa = 1 (satu)
mrtta = 2 (Dua)
Yogi = 2 (Dua)
Swaha = 1 (satu)

jadi artinya : Selamat Tahun Saka 1221 atau tahun (1299 Masehi) seandainya itu benar maka gajah mada dilahirkan pada tahun 1299 Masehi.

Awal kariernya menjadi Begelen atau setingkat kepala pasukan Bhayangkara pada Raja Jayanagara (1309-1328). Terdapat sumber yang mengatakan bahwa Gajah Mada bernama lahir Mada sedangkan nama Gajah Mada kemungkinan merupakan nama sejak menjabat sebagai patih.

Dalam pupuh Désawarnana atau Nāgarakertāgama karya

Kitab Prapanca yang ditemukan saat penyerangan Istana Tjakranagara di Pulau Lombok pada tahun 1894 terdapat informasi bahwa Gajah Mada merupakan patih dari Kerajaan Daha dan kemudian menjadi patih dari Kerajaan Daha dan Kerajaan Jenggala yang membuatnya kemudian masuk kedalam strata sosial politis pada saat itu dan Gajah Mada digambarkan pula sebagai “seorang yang mengesankan, berbicara dengan tajam atau tegas, jujur dan tulus ikhlas serta berpikiran sehat”.

Menurut Kitab Pararaton, Gajah Mada sebagai komandan pasukan khusus Bhayangkara berhasil memadamkan Pemberontakan Ra Kuti, dan menyelamatkan Prabu Jayanegara (1309-1328) putra Raden Wijaya dari Dara Petak. Selanjutnya di tahun 1319 ia diangkat sebagai Patih Kahuripan, dan dua tahun kemudian ia diangkat sebagai Patih Kediri.

Pada tahun 1329, Patih Majapahit yakni Aryo Tadah  (Mpu Krewes) ingin mengundurkan diri dari jabatannya. Dan menunjuk Patih Gajah Mada dari Kediri sebagai penggantinya. Patih Gajah Mada sendiri tak langsung menyetujui, tetapi ia ingin membuat jasa dahulu pada Majapahit dengan menaklukkan Keta dan Sadeng yang saat itu sedang memberontak terhadap Majapahit. Keta dan Sadeng pun akhirnya dapat ditaklukan. Akhirnya, pada tahun 1334, Gajah Mada diangkat menjadi Mahapatih secara resmi oleh Ratu Tribhuwanatunggadewi (1328-1351) yang waktu itu telah memerintah Majapahit setelah terbunuhnya Jayanagara.

Sumpah Palapa

Ketika pengangkatannya sebagai patih Amangkubhumi pada tahun 1258 Saka (1336 M) Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa yang berisi bahwa ia akan menikmati palapa atau rempah-rempah (yang diartikan kenikmatan duniawi) bila telah berhasil menaklukkan Nusantara. Sebagaimana tercatat dalam kitab Pararaton dalam teks Jawa Pertengahan yang berbunyi sebagai berikut

Sira Gajah Mada pepatih amungkubumi tan ayun amukti palapa, sira Gajah Mada: Lamun huwus kalah nusantara ingsun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seram, Tañjungpura, ring Haru, ring Pahang, Dompu, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana ingsun amukti palapa

bila dialih-bahasakan mempunyai arti:

Beliau, Gajah Mada sebagai patih Amangkubumi tidak ingin melepaskan puasa, Gajah Mada berkata bahwa bila telah mengalahkan (menguasai) Nusantara, saya (baru akan) melepaskan puasa, bila telah mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikianlah saya (baru akan) melepaskan puasa

Walaupun ada sejumlah pendapat yang meragukan sumpahnya, Gajah Mada memang hampir berhasil menaklukkan Nusantara. Dimulai dengan penaklukan ke daerah Swarnnabhumi (Sumatera) tahun 1339, pulau Bintan, Tumasik (sekarang Singapura), Semenanjung Malaya, kemudian pada tahun 1343 bersama dengan Arya Damar menaklukan Bedahulu (di Bali) dan kemudian penaklukan Lombok, dan sejumlah negeri di Kalimantan seperti Kapuas, Katingan, Sampit, Kotalingga (Tanjung Lingga), Kotawaringin, Sambas, Lawai, Kendawangan, Landak, Samadang, Tirem, Sedu, Brunei, Kalka, Saludung, Sulu, Pasir, Barito, Sawaku, Tabalung, Tanjungkutei, dan Malano.

Pada zaman pemerintahan Prabu Hayam Wuruk (1350-1389) yang menggantikan Tribhuwanatunggadewi, Gajah Mada terus melakukan penaklukan ke wilayah timur seperti Logajah, Gurun, Sukun, Taliwung, Sapi, Gunungapi, Seram, Hutankadali, Sasak, Bantayan, Luwu, Makassar, Buton, Banggai, Kunir, Galiyan, Salayar, Sumba, Muar (Saparua), Solor, Bima, Wandan (Banda), Ambon, Wanin, Seran, Timor, dan Dompo.

Terdapat dua wilayah di Pulau Jawa yang seharusnya terbebas dari invasi Majapahit yakni Pulau Madura dan Kerajaan Sunda karena kedua wilayah ini mempunyai keterkaitan erat dengan Narrya Sanggramawijaya atau secara umum disebut dengan Raden Wijaya pendiri Kerajaan Majapahit (Lihat: Prasasti Kudadu 1294) dan Pararaton Lempengan VIII, Lempengan X s.d. Lempengan XII

dan Invasi Yuan-Mongol ke Jawa pada tahun 1293) sebagaimana diriwayatkan pula dalam Kidung Panji Wijayakrama.

Perang Bubat

Dalam Kidung Sunda diceritakan bahwa Perang Bubat (1357) bermula saat Prabu Hayam Wuruk mulai melakukan langkah-langkah diplomasi dengan hendak menikahi Dyah Pitaloka putri Sunda sebagai permaisuri. Lamaran Prabu Hayam Wuruk diterima pihak Kerajaan Sunda, dan rombongan besar Kerajaan Sunda datang ke Majapahit untuk melangsungkan pernika

han agung itu. Gajah Mada yang menginginkan Sunda takluk, memaksa menginginkan Dyah Pitaloka sebagai persembahan pengakuan kekuasaan Majapahit. Akibat penolakan pihak Sunda mengenai hal ini, terjadilah pertempuran tidak seimbang antara pasukan Maja

pahit dan rombongan Sunda di Bubat; yang saat itu menjadi tempat penginapan rombongan Sunda. Dyah Pitaloka bunuh diri setelah ayahanda dan seluruh rombongannya gugur dalam pertempuran. Akibat peristiwa itu langkah-langkah diplomasi Hayam Wuruk gagal dan Gajah Mada dinonaktifkan dari jabatannya karena dipandang lebih menginginkan pencapaiannya dengan jalan melakukan invasi militer padahal hal ini tidak boleh dilakukan.

Dalam Nagarakretagama diceritakan hal yang sedikit berbeda. Dikatakan bahwa Hayam Wuruk sangat menghargai Gajah Mada sebagai Mahamantri Agung yang wira, bijaksana, serta setia berbakti kepada negara. Sang raja menganugerahkan dukuh “Madakaripura” yang berpemandangan indah di Tongas, Probolinggo, kepada Gajah Mada. Terdapat pendapat yang menyatakan bahwa pada 1359, Gajah Mada diangkat kembali sebagai patih hanya saja ia memerintah dari Madakaripura.

Akhir Hayat

Disebutkan dalam Kakawin Nagarakretagama bahwa sekembalinya Hayam Wuruk dari upacara keagamaan di Simping, ia menjumpai bahwa Gajah Mada telah sakit. Gajah Mada disebutkan meninggal dunia pada tahun 1286 Saka atau 1364 Masehi. Hayam Wuruk kemudian memilih enam Mahamantri Agung, untuk selanjutnya membantunya dalam menyelenggarakan segala urusan negara.

Referensi:

www.gudangmateri.com

http://id.wikipedia.org/wiki/Gajah_Mada

2AM – Like An Idiot 바보처럼

Published October 29, 2010 by Kania Sekar Asih

바보처럼 몰랐느지
Babocheoreom wae mollatneuji

Like an idiot, why I could don’t know
바보처럼 그대를 보낸 건지
Babocheoreom wae guedaereul bonaen geonji

Like an idiot, why I let her go
바보처럼 더디게 우는 가슴에
Babocheoreom deodige uneun gaseume

Like an idiot, now my heart can just cry
이제야 알아요
Ije Ijeya arayo

Now I know

사랑은 오직 그대 뿐인
Nae sarangeun ojik guedae bbooningeol

My love just for you
눈이 그댈 찾아도
Nae nuni guedael chajado

Even my eyes looked at you
가슴이 자꾸 조여도
Gaseumi jakku joyeodo

Even my heart beating so fast
사랑은 아니라 믿었죠
Sarangeun anira mideotjyo

I don’t believe it’s love
그냥 외로워 기댔다 믿었죠
Geunyang jom weorowo gidaetda mideotjyo

I just believe that because I’m alone and depends on you

사랑은 오직 그대 뿐인걸
Nae sarangeun ojik guedae bbuningeol

My love is just for you
바보같이 굴지 말자
Babogatchi gulji malja

Let’s don’t be like an idiot
혼자 가슴 앓지 말자
Honja gaseum alhji malja

Don’t hurt our heart
아파서 눈물이 흐르면
Apaseo nunmuri heureumyun

Tears fall because of  pain
야무지지 못한 맘을 꾸짖었죠
Yamujiji mothan mameul kkajijyeotjyo

I’m angry because my heart is so weak

그대만이 사람인걸
Geudaemani nae saramingeol

Only you that I love
그대만이 가슴을 채우는
Geudaemani nae gaseumeul chaeuneun geol

Only you that can fill my heart
바보처럼 이제야 아는 나지만
Babocheoreom ijeya aneun najiman

Like an idiot, I have know now
그대 그대를 불러요
Geudae geudeareul bulleoyo

I called you
그대 없인 없으니까요
Geudae eobshin sal su eobseunikkayo

Without you I can’t live

[Lyrics RT] What Should We Finish – Jiyeon & Soyeon

Published October 29, 2010 by Kania Sekar Asih

Mworago kkeutnaelkka ireoke gin uriui sarangeul

Why should we end our love that’s been so long
Jalgarago halkka useojwoya hana yeonghwacheoreom aksureul halkka

We said goodbye by handshake like in movies

Cham useupda geuji neomu an ssawoseo munjeyeonneunde

Though I’m laughing, my eyes were flooded with tears
Nunmuri heureumyeon chameul su isseulkk a dasi mannal geotcheoreom heeojilkka

I cannot hold back the tears when I see you again

Gaseumi neomuna apaseo kkeutnae nunmul nal geotman gataseo

My heart is aching from the tears
Uri sarangi kkeutnatdaneun geol mallo hal suga eomneun geol

Even though our love is over, my heart still wants you
Dollil su eopdan geol arado ijen kkeuchiran geol arado

I know that we can not be together again, I want to understand that our love has come to an end
Neoreul angoseo kkeureo angoseo soneul peul suga eomneunde mworago kkeutnaelkka

Your hands pushed me away, telling me we have to finish this

Mworago kkeutnaelkka jangnaneurodo hae bon jeok eomneun mal

Why should we end our love like this?
Ibyeoriran mareul na hal su isseulkka ije bol su eopdaneun geu insareul

I’ll never be able to see your face anymore

I malbakke motae mianhae jikyeojuji motaeseo mianhae

I’m sorry that I can’t be the one I said I wanted to be
Uri sarangeul geu yaksokdeureul nohabeoryeoseo mianhae

I’m sorry that I let go of my promise and we have to part ways
Jal garagon chama motaeseo ijen kkeuchiragon motaeseo

I couldn’t bear our goodbye, I didn’t think it would end like this
Mianhadago mianhadago dareun mareun motagenneunde mworago kkeutnaelkka

I’m sorry I’m sorry I can not say anything else but our love has to end

2AM – Can’t Let You Go Even If I Die 죽어도 못 보내

Published October 29, 2010 by Kania Sekar Asih

어려도 아픈 똑같아

Oryeodo apeun gon ddokgata

Even I still young, every pain is same

Walaupun aku masih muda, semua sakit tetap saja sama
세상을 모른다고

Sesangeul jal moreundago

Even you said you don’t know how world is like

Walaupun kau bilang tidak tahu dunia ini seperti apa
아픈걸 모르진 않아

Apeungol moreujin anha

I know this pain

Aku tahu sakit ini

괜찮아 거라고

Kwaenchanha jil gorago

You said I’ll be fine

Kau bilang aku akan baik-baik saja

거짓말을

Wae geojitmareul hae

Why did you lie?

Tapi kenapa kamu bohong?
이렇게 아픈 가슴이 어떻게 쉽게 낫겠어

Irohge apeun gaseumi oddohke shwibge natgesseo

When the pain in my heart get better?

Kapan sakit dihati ini akan membaik?
없이 어떻게 살겠어 그래서

Neo obshi oddohke salgesseo keuraeseo nan

How can  I live without you? Then I..

bagaimana bisa aku hidup tanpa mu? Terus, aku….
죽어도 보내

Jugodo mot bonae

Even if I die I can’t let you go

Walaupun aku mati, aku gak bakal melepaskanmu
내가 어떻게 보내

Naega oddohke neol bonae

How can I let you go

Bagaimana mungkin aku melepaskanmu?
가려거든 떠나려거든 가슴 고쳐내

Garyeogodeun ddeonaryeogodeun nae gaseum gochyonae

If you want to leave me, heal my heart

Jika kau mau pergi meninggalkanku, sembuhkan dulu hatiku
아프지 않게 살아갈 라도 있게

Apeuji anhge na saragal su rado itge

Let me not feel the pain so I can still live

Biar aku tidak merasakan sakitnya, jadi aku bisa tetap hidup
된다면 어차피 못살

An dwindamyeon eochapi mossal geo

Because if you can’t, I can’t live anymore

Karena jika kamu tidak bisa, aku gak bakal bisa hidup lagi.
죽어도 보내

Jugodo mot bonae
Even if I die I can’t let you go

Walaupun aku mati, aku gak bakal melepaskanmu
아무리 니가 밀쳐도

Amuri niga nal milchyodo

No matter what you keep pushing me away

Tidak peduli seberapa banyak kau mendorongku pergi

끝까지 붙잡을 거야

Kkeutggaji butjabeul goya

I can’t let you go untill the end

Ku tak akan melepaskanmu sampai akhir
어디도 가지 못하게

Eodido kaji mothage

So you can’t go anywhere

Jadi kau tidak akan bisa pergi kemana pun
정말 거라면 거짓말을

Jeongmal gal goramyeon geojitmareul hae

If you really want to go just lied to me

Jika kau begitu ingin pergi, bohongi saja aku
내일 다시 만나자고 웃으면서 보자고

Naeil dashi mannajago ooseumyeonso bojago

Tell me that we will meet tomorrow, smile, and said ‘See you tomorrow’

Bilang padaku kita akan bertemu lagi besok, senyumlah dan bilang ‘sampai jumpa besok’
헤어지잔 말은 농담이라고 아니면

Haeyojijan mareun nongdamirago animyeon nan

Tell me if you will to break up was joking, If not I..

Bilang kalau keinginanmu untuk putus itu hanya becanda, kalau tidak aku…

죽어도 보내

Jugodo mot bonae

Even if I die I can’t let you go

Walaupun aku mati, aku gak bakal melepaskanmu
내가 어떻게 보내

Naega oddohke neol bonae

How could I can let you go

Bagaimana mungkin aku melepaskanmu?
가려거든 떠나려거든 가슴 고쳐내

Garyeogodeun ddeonaryeogodeun nae gaseum gochyonae

If you want to leave, heal my heart

Jika kau mau pergi meninggalkanku, sembuhkan dulu hatiku
아프지 않게 살아갈 라도 있게

Apeuji anhge na saragal su rado itge

Let me not feel the pain so I can still live

Biar aku tidak merasakan sakitnya, jadi aku bisa tetap hidup
된다면 어차피 못살

An dwindamyeon eochapi mossal go

Because if you can’t, I can’t live anymore

Karena jika kamu tidak bisa, aku tak bisa hidup lagi.
죽어도 보내

Jugodo mot bonae
Even if I die I can’t let you go

Walaupun aku mati, aku tak bisa melepaskanmu

많은 시간을 함께 겪었는데

Geu manheun shiganeul hamkke gyeoggotneunde
We have been through together

Kita sudah melewati begitu banyak waktu bersama,
이제와 어떻게 혼자 살란 거야

Ijewa oddohke honja sallan goya

How could you come to me and tell me to live by myself

Bagaimana bisa kau datang padaku, dan menyuruhku untuk menjalani hidup sendirian?
그렇겐 못해 못해

Keurohgen mothae nan mothae
I can’t, I still can’t

Pokoknya aku tak bisa, akutgak bisa…

죽어도 보내

Jugodo mot bonae

Even if I die, I can’t let you go

Walaupun aku mati, aku tak bisa melepaskanmu

정말로 보내

Jongmallo mot bonae

I really can’t

Aku benar-benar tak bisa
내가 어떻게 보내

Naega oddohke neol bonae

How could I can let you go

Bagaimana mungkin aku melepaskanmu?
가려거든 떠나려거든 가슴 고쳐내

Garyeogodeun ddeonaryeogodeun nae gaseum gochyonae

If you want to leave, heal my heart

Jika kau mau pergi meninggalkanku, sembuhkan dulu hatiku
아프지 않게 살아갈 라도 있게

Apeuji anhge na saragal su rado itge

Even I don’t feel the pain, so I can still live

Walau aku tidak merasakan sakitnya, jadi aku bisa tetap hidup
된다면 어차피 못살

An dwindamyeon eochapi mossal geo

Because if you can’t, I can’t live anymore

karena jika kamu tidak bisa, aku tk akan bisa hidup lagi.
죽어도 보내

Jugodo mot bonae
Even if I die I can’t let you go

Walaupun aku mati, aku tak akan bisa melepaskanmu